Kebakaran Pasar Wonogiri Terbaru: 300 Kios Hangus: Musibah Kebakaran yang Menghancurkan Jantung Ekonomi Wonogiri
Kebakaran Pasar Wonogiri Terbaru: 300 Kios Hangus yang terjadi pada Senin (6/10/2025) dini hari telah meninggalkan luka mendalam bagi ribuan warga Wonogiri. Bayangkan, dalam hitungan jam, mimpi dan harapan ratusan pedagang sirna dilahap api yang mengamuk sejak pukul 03.00 WIB. Musibah ini bukan hanya membakar bangunan fisik, tetapi juga menghanguskan sumber penghidupan utama bagi ratusan keluarga yang menggantungkan nasibnya di pasar tradisional terbesar di Jawa Tengah ini.
Tragedi yang menewaskan impian ekonomi ratusan pedagang kecil ini terjadi ketika sebagian besar warga masih terlelap tidur. Api yang diduga berasal dari korsleting listrik di lantai 2 menyebar dengan kecepatan mengerikan—hanya dalam 8 menit, kobaran api telah melahap puluhan kios. Kini, 80 persen bangunan pasar yang menjadi ikon pusat perdagangan Wonogiri hanya menyisakan puing dan abu, sementara tangis pedagang menggema di setiap sudut reruntuhan. Kerugian material diperkirakan mencapai miliaran rupiah, namun kerugian psikologis dan ekonomi bagi para pedagang tidak dapat diukur dengan angka.
Kronologi Lengkap Kebakaran Pasar Wonogiri: Dari Api Kecil Hingga Bencana Besar
Detik-Detik Awal Kebakaran yang Mengguncang Wonogiri
Kebakaran pasar Wonogiri dimulai pada Senin (6/10/2025) pukul 03.00 WIB dari lantai 2 bagian belakang pasar. Berdasarkan keterangan Koordinator Lapangan Damkar Satpol PP Wonogiri, Sritayanto, titik api pertama kali terdeteksi di area kios tengkulak yang menjual sembako dan kebutuhan pokok. Petugas keamanan pasar yang sedang bertugas menyaksikan langsung bagaimana api kecil dari korsleting listrik berubah menjadi monster yang menakutkan hanya dalam hitungan menit.
Yang membuat situasi semakin kritis adalah keterlambatan pelaporan kepada pihak pemadam kebakaran. Laporan baru diterima Damkar sekitar pukul 03.15 WIB, memberi api waktu 15 menit untuk berkembang tanpa hambatan. Ketika unit pemadam tiba di lokasi, api sudah menjalar ke berbagai sudut lantai 2 dan mulai merambat ke lantai 3. “Laporannya itu agak terlambat. Kami datang itu api sudah besar,” ungkap Sritayanto dengan nada prihatin.
Penyebaran Api yang Dahsyat: Hanya 8 Menit untuk Melahap Puluhan Kios
Kecepatan penyebaran api di Pasar Kota Wonogiri menjadi salah satu aspek paling mengejutkan dari musibah ini. Menurut kesaksian petugas keamanan, hanya dalam waktu 8 menit sejak terdeteksi, api telah melahap sejumlah kios di lantai 2. Kecepatan ini sangat tidak wajar dan menunjukkan beberapa faktor pendukung yang memperparah situasi.
Para ahli pemadam kebakaran menjelaskan bahwa beberapa faktor berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran api. Pertama, struktur bangunan pasar yang sebagian besar menggunakan material kayu dan tripleks pada kios-kios pedagang. Kedua, tumpukan barang dagangan yang sangat padat, terutama bahan-bahan yang mudah terbakar seperti tekstil, plastik, dan kardus kemasan. Ketiga, sistem ventilasi pasar yang memungkinkan oksigen melimpah, membuat api semakin membesar dengan cepat. Keempat, jarak antar kios yang sangat berdekatan tanpa sekat tahan api memungkinkan kobaran menyebar tanpa hambatan signifikan.
Upaya Pemadaman Masif: 12 Unit Damkar dari Berbagai Daerah
Menghadapi skala kebakaran yang sangat besar, pihak Damkar Wonogiri segera meminta bantuan dari daerah-daerah tetangga. Total 12 unit pemadam kebakaran dari berbagai kabupaten termasuk Solo Raya, Sukoharjo, dan daerah sekitarnya dikerahkan untuk memadamkan api. Selain itu, 8 tangki air disiapkan untuk memastikan pasokan air terus mengalir selama operasi pemadaman berlangsung.
Proses pemadaman menghadapi tantangan berat karena lokasi kebakaran yang luas dan tingginya bangunan pasar bertingkat. Strategi pemblokiran dilakukan di tiga sisi—depan, samping, dan belakang—untuk mencegah api merambat ke bangunan bagian depan yang masih tersisa. Petugas juga melakukan penyisiran intensif untuk memastikan tidak ada titik api tersembunyi yang dapat memicu kebakaran ulang. Upaya heroik para petugas pemadam berhasil menyelamatkan sekitar 20 persen bangunan di bagian depan pasar, meskipun mayoritas kios di lantai 2 dan 3 sudah tidak dapat diselamatkan.
Dampak Kebakaran Pasar Wonogiri: Kerugian Material hingga Sosial Ekonomi
Kerugian Material: 300 Kios Hangus dan 80 Persen Bangunan Musnah
Skala kerusakan yang ditimbulkan oleh kebakaran pasar Wonogiri sangat masif dan menghancurkan. Berdasarkan data awal dari Damkar Wonogiri, sekitar 300 kios pedagang mengalami kerusakan total dengan tingkat kebakaran mencapai 70-80 persen dari total luas bangunan. Hanya sekitar 20 persen bangunan di bagian depan yang berhasil diselamatkan dari amukan api, itupun dengan kondisi yang sudah terdampak asap dan air dari proses pemadaman.
Lantai 2 dan lantai 3 yang menjadi area paling padat dengan aktivitas perdagangan mengalami kerusakan paling parah. Mayoritas kios di lantai 2 adalah toko kelontong dan tengkulak sembako yang menyimpan stok barang dalam jumlah besar. Nilai kerugian diperkirakan mencapai miliaran rupiah, belum termasuk kerugian tidak langsung seperti hilangnya dokumen penting, alat-alat elektronik untuk transaksi, dan barang dagangan yang sudah dipesan namun belum terjual. Struktur bangunan pasar yang dulunya megah kini hanya menyisakan rangka besi yang menghitam dan tumpukan puing yang masih berasap.
Dampak Sosial: Ratusan Pedagang Kehilangan Mata Pencaharian
Di balik angka-angka kerugian material, terdapat cerita tragis dari ratusan pedagang yang tiba-tiba kehilangan sumber penghidupan mereka. Pasar Kota Wonogiri dikenal sebagai jantung ekonomi masyarakat lokal, tempat di mana ratusan keluarga menggantungkan hidup dari hasil berdagang setiap hari. Kebakaran ini tidak hanya membakar kios dan barang dagangan, tetapi juga menghanguskan harapan dan masa depan ekonomi mereka.
Banyak pedagang yang menangis histeris saat menyaksikan kios mereka hangus terbakar. Sebagian dari mereka telah berdagang di pasar tersebut selama puluhan tahun, membangun bisnis dari nol dengan kerja keras dan dedikasi tinggi. Modal usaha yang dikumpulkan bertahun-tahun, stok barang yang baru saja diisi untuk persiapan musim ramai, semua lenyap dalam sekejap. Trauma psikologis yang dialami para pedagang tidak kalah beratnya dengan kerugian material—banyak yang merasa kehilangan arah dan tidak tahu harus memulai dari mana lagi.
Lumpuhnya Aktivitas Ekonomi Regional
Kebakaran Pasar Kota Wonogiri memberikan dampak domino terhadap perekonomian regional yang lebih luas. Sebagai pasar tradisional terbesar di Wonogiri, pasar ini menjadi pusat distribusi berbagai komoditas tidak hanya untuk wilayah Wonogiri, tetapi juga daerah-daerah sekitarnya. Kelumpuhan aktivitas pasar berarti terganggunya rantai pasokan barang kebutuhan pokok, tekstil, hingga produk-produk lokal yang biasa diperdagangkan di sana.
Pedagang kecil dari desa-desa sekitar yang biasa memasok hasil pertanian, kerajinan, dan produk lokal ke Pasar Wonogiri juga terdampak. Mereka kehilangan outlet utama untuk menjual produk mereka. Konsumen pun harus mencari alternatif tempat berbelanja yang mungkin lebih jauh atau lebih mahal. Estimasi kerugian ekonomi regional akibat lumpuhnya pasar ini bisa mencapai puluhan miliar rupiah jika dihitung dari efek multiplier ekonomi yang hilang selama masa pemulihan dan rekonstruksi.
Analisis Penyebab Kebakaran: Korsleting Listrik dan Faktor Pendukung
Dugaan Korsleting Listrik Sebagai Sumber Api
Berdasarkan hasil investigasi awal, penyebab utama kebakaran pasar Wonogiri adalah korsleting listrik yang terjadi di salah satu kios tengkulak di lantai 2. Korsleting atau hubungan arus pendek terjadi ketika dua konduktor listrik dengan polaritas berbeda bersentuhan langsung, menyebabkan lonjakan arus yang menghasilkan percikan api dan panas ekstrem yang dapat membakar material di sekitarnya.
Fenomena korsleting listrik di pasar tradisional sebenarnya bukan hal baru. Banyak pasar tradisional di Indonesia menghadapi masalah serupa karena instalasi listrik yang sudah tua, overload beban listrik akibat penggunaan peralatan elektronik berlebihan, dan kurangnya maintenance rutin terhadap sistem kelistrikan. Di Pasar Wonogiri, dugaan sementara mengarah pada kios tengkulak yang menggunakan kulkas, freezer, dan lampu dalam jumlah banyak untuk menjaga kesegaran produk sembako mereka. Beban listrik yang terlalu besar pada instalasi yang mungkin sudah usang menciptakan kondisi ideal untuk terjadinya korsleting.
Faktor Struktural yang Memperparah Kebakaran
Selain korsleting listrik sebagai pemicu, beberapa faktor struktural dan operasional turut memperparah skala kebakaran. Pertama adalah desain bangunan pasar yang menggunakan banyak material mudah terbakar seperti kayu, tripleks, dan plastik pada konstruksi kios-kios pedagang. Material-material ini tidak hanya mudah terbakar, tetapi juga menghasilkan asap tebal yang berbahaya dan mempercepat penyebaran api.
Kedua, kepadatan kios dan minimnya jarak antar lapak membuat api sangat mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tidak adanya sekat tahan api (firewall) antar zona perdagangan memungkinkan api merambat tanpa hambatan. Ketiga, sistem deteksi dini kebakaran seperti smoke detector dan alarm kebakaran yang kemungkinan tidak berfungsi optimal atau bahkan tidak ada. Keempat, akses jalan untuk mobil pemadam yang terbatas, terutama untuk mencapai lantai 2 dan 3 secara langsung. Kelima, perilaku pedagang yang menyimpan stok barang terlalu banyak, termasuk bahan-bahan yang mudah terbakar, semakin memperbesar intensitas kebakaran.
Pembelajaran dari Kebakaran Sebelumnya di 2002
Yang memprihatinkan, Pasar Kota Wonogiri sebenarnya pernah mengalami kebakaran hebat sebelumnya pada Juni 2002, sekitar 23 tahun yang lalu. Musibah kali ini mengingatkan kita pada tragedi masa lalu dan memunculkan pertanyaan kritis: apakah pembelajaran dari kebakaran 2002 sudah diterapkan dengan baik dalam rekonstruksi dan pengelolaan pasar pasca-kebakaran sebelumnya?
Idealnya, setelah kebakaran 2002, seharusnya ada perbaikan signifikan dalam sistem proteksi kebakaran, mulai dari instalasi listrik yang lebih aman, penggunaan material bangunan tahan api, pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis, penyediaan hydrant dan alat pemadam kebakaran di berbagai titik, hingga pelatihan rutin evakuasi darurat bagi pedagang dan pengunjung. Fakta bahwa kebakaran kembali terjadi dengan skala yang sangat besar mengindikasikan bahwa masih ada celah serius dalam implementasi standar keselamatan kebakaran di pasar tradisional.
Respons Pemerintah dan Langkah Pemulihan
Penanganan Darurat dan Koordinasi Multi-Pihak
Pemerintah Kabupaten Wonogiri bersama Satpol PP, Damkar, dan instansi terkait segera mengaktifkan protokol tanggap darurat pasca-kebakaran. Tim gabungan dibentuk untuk menangani berbagai aspek, mulai dari pemadaman total dan pendinginan area terbakar, evakuasi barang-barang yang masih bisa diselamatkan, pengamanan lokasi dari penjarahan, hingga pendataan korban dan tingkat kerugian.
Koordinasi dengan daerah tetangga juga menunjukkan solidaritas yang tinggi dalam menghadapi bencana ini. Bantuan tidak hanya datang dari unit pemadam kebakaran, tetapi juga PMI yang menyiapkan posko kesehatan untuk menangani pedagang atau petugas yang mengalami trauma atau masalah kesehatan akibat menghirup asap. Polres Wonogiri juga turun mengamankan lokasi dan membantu proses investigasi untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran secara komprehensif.
Rencana Rekonstruksi dan Relokasi Sementara
Pemerintah daerah dihadapkan pada tantangan besar untuk memulihkan fungsi Pasar Kota Wonogiri dalam waktu yang tidak terlalu lama, mengingat pentingnya pasar ini bagi perekonomian lokal. Beberapa opsi sedang dipertimbangkan, termasuk pembangunan pasar darurat atau relokasi sementara pedagang ke lokasi alternatif yang aman sementara proses rekonstruksi pasar utama berlangsung.
Rekonstruksi pasar permanen akan memerlukan waktu dan investasi yang tidak sedikit. Pelajaran dari kebakaran 2002 dan 2025 harus menjadi acuan utama dalam mendesain pasar yang baru. Standar bangunan tahan api, sistem proteksi kebakaran terintegrasi, instalasi listrik yang memenuhi SNI, akses yang memadai untuk kendaraan darurat, dan zona-zona perdagangan yang dipisahkan dengan firewall harus menjadi prioritas dalam rekonstruksi. Pemerintah juga perlu mengalokasikan anggaran khusus dan mungkin mencari dukungan dari pemerintah provinsi atau pusat untuk memastikan pembangunan pasar yang aman dan modern.
Bantuan untuk Pedagang Korban Kebakaran
Aspek yang tidak kalah penting adalah pemulihan ekonomi para pedagang yang kehilangan mata pencaharian. Pemerintah perlu segera menyiapkan berbagai program bantuan, mulai dari bantuan darurat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pedagang dan keluarga mereka, hingga program pemulihan ekonomi jangka panjang seperti kredit usaha mikro dengan bunga ringan, bantuan modal usaha, dan pelatihan kewirausahaan untuk membantu mereka bangkit kembali.
Transparansi dalam pendataan korban dan distribusi bantuan sangat krusial untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan tidak terjadi penyimpangan. Pemerintah juga perlu melibatkan organisasi pedagang pasar dalam proses perencanaan rekonstruksi dan relokasi untuk memastikan aspirasi mereka terakomodasi dengan baik.
Pencegahan Kebakaran Pasar di Masa Depan
Penguatan Sistem Proteksi Kebakaran di Pasar Tradisional
Tragedi kebakaran pasar Wonogiri harus menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem proteksi kebakaran di seluruh pasar tradisional, bukan hanya di Wonogiri tetapi di seluruh Indonesia. Kementerian Perdagangan, Kementerian PUPR, dan Pemerintah Daerah perlu berkolaborasi menyusun standar keselamatan kebakaran khusus untuk pasar tradisional yang mempertimbangkan karakteristik unik pasar dengan aktivitas perdagangan yang padat dan penggunaan berbagai material yang mudah terbakar.
Beberapa elemen penting yang harus ada dalam sistem proteksi kebakaran pasar meliputi: instalasi sistem deteksi asap dan panas otomatis di setiap zona, alarm kebakaran yang terhubung dengan sistem evakuasi, sprinkler otomatis yang terintegrasi dengan sumber air memadai, hydrant di berbagai titik strategis, alat pemadam api ringan (APAR) yang cukup dan mudah diakses, jalur evakuasi yang jelas dan terawat, serta pintu darurat yang tidak terkunci dan mudah dibuka dalam kondisi darurat. Semua sistem ini harus diaudit secara berkala oleh lembaga independen untuk memastikan fungsinya optimal.
Edukasi dan Pelatihan Rutin untuk Pedagang
Pedagang sebagai pengguna utama pasar perlu mendapatkan edukasi dan pelatihan rutin tentang pencegahan dan penanganan kebakaran. Banyak pedagang yang tidak memahami risiko kebakaran yang mereka hadapi setiap hari, seperti bahaya overload listrik, penyimpanan bahan bakar di area kios, atau penggunaan kompor gas tanpa ventilasi memadai.
Program pelatihan yang efektif harus mencakup: identifikasi potensi bahaya kebakaran di area perdagangan, cara penggunaan APAR dan alat pemadam lainnya, prosedur evakuasi darurat, teknik pertolongan pertama pada korban kebakaran, dan cara melaporkan kebakaran dengan cepat kepada pihak berwenang. Pelatihan ini sebaiknya dilakukan minimal dua kali setahun dengan melibatkan petugas pemadam kebakaran profesional. Simulasi evakuasi berkala juga penting untuk memastikan pedagang dan pengunjung paham apa yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran.
Audit dan Maintenance Instalasi Listrik Berkala
Mengingat korsleting listrik menjadi penyebab paling umum kebakaran pasar, audit dan perawatan instalasi listrik harus menjadi prioritas utama. Setiap pasar perlu memiliki jadwal audit listrik yang ketat, minimal setiap 6 bulan sekali, dilakukan oleh teknisi bersertifikat yang kompeten.
Audit harus mencakup pemeriksaan kondisi kabel, panel listrik, MCB (Miniature Circuit Breaker), kapasitas beban listrik setiap zona, grounding system, dan peralatan listrik yang digunakan pedagang. Setiap temuan yang berpotensi menyebabkan kebakaran harus segera diperbaiki tanpa penundaan. Pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran khusus untuk subsidi perbaikan instalasi listrik bagi pedagang yang tidak mampu, mengingat ini adalah investasi untuk keselamatan bersama.
Perspektif Ahli dan Rekomendasi
Pandangan Pakar Kebakaran tentang Keselamatan Pasar Tradisional
Dr. Ahmad Subagyo, ahli keselamatan kebakaran dari Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bahwa kebakaran besar di pasar tradisional seperti yang terjadi di Wonogiri sebenarnya dapat dicegah jika standar keselamatan diterapkan dengan ketat. “Pasar tradisional memiliki karakteristik high risk terhadap kebakaran karena tiga faktor utama: densitas bangunan yang sangat tinggi, penggunaan material mudah terbakar, dan aktivitas yang melibatkan listrik dan api dalam ruang terbatas,” jelasnya.
Menurutnya, penerapan building code yang tepat sangat krusial. “Setiap pasar harus memiliki fire safety management plan yang komprehensif, bukan hanya sekadar memasang APAR di beberapa titik. Ini termasuk zoning yang memisahkan area dengan risiko tinggi, sistem deteksi dini yang terintegrasi, dan yang paling penting adalah fire drill rutin sehingga setiap orang tahu apa yang harus dilakukan saat kebakaran terjadi,” tambahnya. Dr. Ahmad juga menekankan pentingnya political will dari pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran memadai bagi sistem proteksi kebakaran di fasilitas publik.
Rekomendasi Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (APPTI), Bambang Kusumanto, menyuarakan keprihatinan mendalam atas berulangnya tragedi kebakaran pasar di berbagai daerah. “Kami para pedagang sebenarnya sangat ingin berdagang di lingkungan yang aman, tetapi seringkali tidak ada dukungan infrastruktur keselamatan yang memadai dari pengelola pasar,” ungkapnya.
APPTI merekomendasikan beberapa langkah konkret: pertama, pemerintah harus mewajibkan setiap pasar memiliki unit manajemen keselamatan kebakaran dengan personel terlatih. Kedua, subsidi untuk asuransi kebakaran bagi pedagang kecil agar mereka tidak sepenuhnya kehilangan segalanya saat terjadi musibah. Ketiga, perbaikan tata kelola pasar dengan melibatkan pedagang dalam pengambilan keputusan terkait keselamatan. Keempat, insentif bagi pasar yang berhasil mencapai standar keselamatan tinggi untuk mendorong pasar lain mengikuti jejak yang sama.
Studi Banding: Pasar Modern dengan Sistem Keselamatan Terintegrasi
Beberapa pasar tradisional yang telah direvitalisasi menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus menghilangkan karakter tradisional pasar. Pasar Santa di Jakarta dan Pasar Beringharjo di Yogyakarta adalah contoh pasar tradisional yang berhasil mengintegrasikan sistem keselamatan modern sambil mempertahankan atmosfer tradisional.
Di pasar-pasar tersebut, sistem sprinkler otomatis dipasang di seluruh area dengan desain yang tidak mengganggu estetika. Sistem deteksi asap terintegrasi dengan alarm yang langsung mengirim notifikasi ke damkar terdekat. Jalur evakuasi dibuat lebar dan jelas dengan pencahayaan emergensi yang memadai. Instalasi listrik menggunakan sistem trunking tertutup dengan MCB individual untuk setiap kios. Yang tidak kalah penting, ada tim keselamatan yang berpatroli dan melakukan inspeksi rutin. Model-model seperti ini bisa menjadi inspirasi dalam rekonstruksi Pasar Kota Wonogiri.
Tragedi kebakaran pasar Wonogiri yang menghanguskan 300 kios dan menghancurkan 80 persen bangunan pasar pada 6 Oktober 2025 meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Wonogiri. Kerugian material yang mencapai miliaran rupiah hanya sebagian kecil dari dampak keseluruhan—ratusan keluarga pedagang kehilangan sumber penghidupan, perekonomian regional lumpuh, dan trauma psikologis yang akan membekas lama.
Penyebab kebakaran yang diduga berasal dari korsleting listrik di lantai 2 mengingatkan kita pada pentingnya maintenance instalasi listrik dan sistem proteksi kebakaran di pasar tradisional. Kecepatan penyebaran api yang hanya memakan waktu 8 menit untuk melahap puluhan kios menunjukkan betapa rentannya pasar tradisional tanpa sistem keselamatan yang memadai. Keterlambatan pelaporan dan keterbatasan akses untuk unit pemadam turut memperparah situasi, meskipun upaya heroik dari 12 unit damkar berhasil menyelamatkan 20 persen bangunan depan.
Momentum ini harus dijadikan titik balik untuk transformasi total dalam manajemen keselamatan pasar tradisional di Indonesia. Pemerintah, pengelola pasar, pedagang, dan masyarakat harus bersatu dalam komitmen untuk mencegah berulangnya tragedi serupa. Investasi dalam sistem proteksi kebakaran bukan pengeluaran yang sia-sia, tetapi investasi untuk melindungi nyawa, harta benda, dan keberlangsungan ekonomi ribuan keluarga.
Untuk Pemerintah: Segera alokasikan anggaran khusus untuk audit dan peningkatan sistem keselamatan kebakaran di seluruh pasar tradisional. Susun regulasi yang ketat tentang standar keselamatan pasar dan pastikan enforcement yang konsisten. Bantu pedagang korban kebakaran dengan program pemulihan ekonomi yang komprehensif dan rekonstruksi pasar dengan standar keselamatan internasional.
Untuk Pengelola Pasar: Jadikan keselamatan sebagai prioritas utama, bukan sekadar compliance formalistik. Lakukan audit rutin, investasi dalam sistem proteksi modern, dan adakan pelatihan berkala untuk pedagang dan petugas keamanan.
Untuk Pedagang: Tingkatkan awareness tentang risiko kebakaran di lingkungan kerja Anda. Ikuti setiap pelatihan keselamatan yang disediakan, periksa kondisi instalasi listrik kios secara berkala, hindari overload listrik, dan pastikan Anda tahu cara menggunakan APAR dan prosedur evakuasi.
Untuk Masyarakat: Mari dukung para pedagang korban kebakaran Wonogiri melalui donasi atau pembelian langsung ketika mereka mulai berjualan kembali. Jadilah konsumen yang aware dengan memilih berbelanja di pasar yang menerapkan standar keselamatan dengan baik.
Kebakaran Pasar Wonogiri bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari kebangkitan yang lebih baik dan lebih aman. Dengan pembelajaran yang tepat, kerjasama yang solid, dan komitmen yang kuat dari semua pihak, kita bisa membangun kembali Pasar Kota Wonogiri menjadi pasar yang tidak hanya ramai dan produktif, tetapi juga aman bagi semua. Mari kita jadikan musibah ini sebagai momentum untuk menciptakan pasar-pasar tradisional di Indonesia yang tahan bencana dan berkelanjutan. Bangkit, Wonogiri! Bangkit, pasar tradisional Indonesia!